Wednesday, May 29, 2013

Apa Bahasa Inggrisnya Cerita 1

Once there were four children whose names were Peter, Susan, Edmund and Lucy. This story is about something that happened to them when they were sent away from London during the war because of the air-raids. They were sent to the house of an old Professor who lived in the heart of the country, ten miles from the nearest railway station and two miles from the nearest post office. He had no wife and he lived in a very large house with a housekeeper called Mrs Macready and three servants. He himself was a very old man with shaggy White hair which grew over most of his face as well as on his head, and they liked him almost at once; but on the first evening, when he came out to meet them at the front door, he was so odd-looking that Lucy (who was the youngest) was a little afraid of him, and Edmund (who was the next youngest) wanted to laugh and had to keep on pretending he was blowing his nose to hide it.
Sekali peristiwa, ada empat anak yang bernama Peter, Susan, Edmund dan Lucy. Cerita ini adalah mengenai sesuatu yang mereka alami ketika mereka diungsikan ke luar London selama perang berlangsung karena adanya serangan-serangan udara. Mereka dikirim ke rumah seorang Profesor tua yang tinggal di jantung wilayah pedesaan, sepuluh mil dari stasiun kereta-api terdekat dan dua mil dari kantor-pos terdekat. Ia tidak beristeri dan tinggal di rumah yang sangat besar dengan seorang pengurus rumah-tangga bernama Ny. Macready dan tiga pembantu. Ia sendiri adalah seorang yang sangat tua dengan rambut putih gondrong aeak-acakan yang tumbuh di sebagian besar wajahnya selain di kepalanya, dan mereka menyukainya hampir seketika itu juga; tetapi pada malam pertama, ketika ia keluar untuk menyambut mereka di pintu depan, ia nampak sangat aneh sehingga Lucy (yang termuda) agak takut kepadanya, dan Edmund (kakak langsung Lucy) ingin tertawa, dan untuk menyembunyikannya, terpaksa terus berpura-pura membuang ingus.
 
 
As soon as they had said good-night to the Professor and gone upstairs on the first night, the boys went into the girls’ room and they all talked it over.
Segera setelah mereka berpamitan untuk tidur kepada bapak Profesor, dan naik ke lantai atas pada malam pertama, anak-anak lelaki masuk ke kamar anak-anak perempuan, dan mereka semua lalu membicarakan kejadian itu.


‘ We’ve fallen on our feet and no mistake,’ said Peter. ‘ This is going to be perfectly splendid. This old chap will let us do anything we like.’
’Kita mujur, dan tak salah lagi,' kata Peter. ’Ini semua akan sangat menyenangkan. Si kakek ini akan membiarkan kita berbuat apapun semau kita. ’
 

No comments:

Post a Comment